Thursday 21 July 2011

Wayang Berbahasa Indonesa- By HIS Grace




Shallom dan salam dahsyat bagi kita semua...
Saya sangat setuju dengan perkataan seorang hamba Tuhan, yang dalam menyampaikan firman berkata seperti ini “..segalanya adalah anugerah, jika kita boleh mengalami hal baik, itu bukan karena kita hebat, tapi karena anugerah Tuhan”. Perkataan tersebut mendorong saya untuk selalu bersyukur kepada Tuhan, dan tidak sombong saat mengalami kesuksesan.  Juga menguatkan saya saat saya mengalami hal yang tidak menyenangkan, karena saya percaya saya masih tinggal, dan akan tetap tinggal dalam anugrahNya.
Suatu anugrah dahsyat yang boleh saya alami, bahwa pada tanggal 06 Juli 2011 Tuhan mempercayakan pada saya untuk melayani dalam pentas wayang Pamarta dalam rangka Mukernas Pemuda GKAI. Melalui hambaNya, Ev. Matius Iksantoro, S.Th, Tuhan mengutus saya untuk menyampaikan isi hatiNya melalui media wayang kulit. Pentas tersebut diadakan di Wisma El Bethel yang bertempat di Jl.Raya Karangpandhan-Tawangmangu. Pentas bukan sembarang pentas, karena pergelaran kali ini disaksikan oleh perwakilan pemuda dari seluruh Indonesia, dan pentas kali ini menantang saya untuk mementaskan wayang Pamarta dengan bahasa Indonesia.
Bukan semudah membalikkan telapak tangan, begitulah kata para sastrawan. Pentas berbahasa Indonesia belum pernah kami lakukan, jadi ini adalah pertama kalinya sejak berdirinya Sanggar Wayang Sang Pamarta. Saya, selaku dalang, belum pernah sekalipun mementaskan wayang kulit dengan bahasa Indonesia. Namun, memang semua karena anugerah Tuhan. Empat bulan naskah dipersiapkan, akhirnya pada saat yang ditentukan, Tuhan menggandeng saya hingga akhir pertunjukkan. Semua oleh anugerahNya.

 Berfoto bersama peserta MUkernas seusai Pelayanan

Perasaan deg-degan sempat menghampiri seminggu sebelum pentas. Karena pada hari yang sama, saya masih berada di Salib Putih Salatiga, untuk melayani retreat anak. Mengingat fisik dan pita suara saya yang biasanya rentan terhadap perubahan suhu yang ekstrim. Belum lagi, takut kalau-kalau saya terlalu capek setelah melayani anak-anak yang super aktif, sehingga tidak maksimal dalam memainkan wayang. Namun oleh pertolongan Roh Kudus saya mampu beralih dari pikiran negatif, ke dalam damai sejahtera Tuhan. Satu keyakinan timbul dalam hati, bahwa jika Tuhan memang mengutus saya untuk mendalang, Tuhan pasti bertanggung jawab dan menjamin kekuatan saya. Karena sebenarnya saya hanya sebuah wayang, Tuhanlah Dalang yang sesungguhnya.
Pada hari dan jam yang ditentukan, persiapan selama empat bulan dalam anugrah Tuhan, boleh membuahkan suatu pelayanan yang tidak terduga. Saya merasa mendapat kekuatan yang baru. Pentas berdurasi dua jam tersebut berjalan dengan lancar diluar dugaan. Semua oleh anugerah Tuhan. Tuhan Memberkati
Saat anda mengalami keragu-raguan.... Ingatlah bahwa semua yang terjadi dalam hidupmu adalah Anugerah..... By HIS Grace

 Goliath VS Daud 
Koleksi Sanggar Sang Pamarta




Zabdiel Wahyu Dunung
sang_pamarta@yahoo.com 

Tuesday 12 July 2011

Hari yang kental budaya di SMK Mikael Solo


         Tanggal 21 Mei 2011 barangkali menjadi tanggal yang "mengerikan" bagi sebagian orang. Karena sebuah aliran mengatakan bahwa  pada tanggal tersebut akan terjadi hari pengangkatan/kiamat. Namun tanggal tersebut menjadi suatu hari yang penuh anugerah bagi sanggar wayang Sang Pamarta. Karena pada hari itu Sanggar Sang Pamarta diberi kesempatan menggelar pentas wayang padat dalam rangka pelepasan siswa SMK Katolik St. Mikael Surakarta.
           Suatu peristiwa yang unik luar biasa, bahwa sebuah  sekolah teknik swasta terkemuka menggelar pesta pelepasan siswa dengan event yang sarat dengan budaya tradisi jawa. Di saat sekolah tersebut bergelut dengan dunia yang kental dengan dahsyatnya modernisasi, namun masih sempat menengok luhurnya tradisi. Hebat... Seluruh peserta pelepasan, baik siswa, guru dan panitia mengenakan pakaian adat jawa komplit dengan blangkon dan keris di pinggang... Hmmm.... mak NYuuusss TENAN.
 
 
             Selain pakaian adat, SMK Mikael juga menggelar tarian jawa serta pagelaran Wayang Kulit sebagai gong puncak acara tersebut. Dan Puji Tuhan, Sanggar Sang Pamarta dipercaya oleh panitia untuk menggelar pentas berdurasi satu jam dengan Lakon "Anoman Duta". 
             Berbekal pengalaman 3 tahun ngangsu kawruh menjadi Cantrik di  SMK Mikael, Sanggar Sang  Pamarta mencoba menjadi mediator pesan dan piweling  dari pihak sekolah kepada seluruh peserta wisuda. Lakon Anoman Duta pun menjadi gambaran utama Ki Dalang Dunung Raharjo untuk membeberkan makna dari sebuah pengutusan. Mau diutus, harus mau berjuang demi tersampainya visi pengutusan tersebut.
 
 
             Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada segenap jajaran Romo, bapak ibu guru, serta kasih kepada adik-adik peserta wisuda, Ki Dalang juga melepaskan beberapa humor segar. Namun bukan humor sembarang humor... tentu ada makna yang mampu dipetik dari setiap ucapan Ki Dalang. Mengingat bahwa fungsi pertunjukan Wayang Kulit bukan hanya sebagai tontonan namun juga merupakan tuntunan...
 
 ehm.... Monggo sambil disruput teh WasGiTel.... 
Gusti Mberkahi