Sejarah


Berawal dari kesadaran akan sebuah panggilan untuk melayani Tuhan, maka saya yang kala itu berusia 19 Tahun mencoba melayani Tuhan dengan apa yang Tuhan percayakan kepada saya, yaitu talenta mendalang (memainkan wayang). 

Saya lahir dari keturunan dalang, baik dari garis ibu maupun ayah, dan kebetulan ayah saya mengajar di Institut Seni Indonesia jurusan pedalangan. Sejak bersekolah di Sekolah dasar Widya Wacana X Kartasura, saya sudah memulai pentas wayang pertama saya, seingat saya waktu itu saya duduk di kelas 5. Lulus SD, saya melanjutkan ke SLTP Regina Pacis atau yang akrab disebut Ursulin. Di sekolah inilah bakat dan talenta saya bertumbuh, pentas demi pentas saya lakukan, mulai pentas wayang berdurasi 1 jam hingga 5 jam.
Lulus dari SLTP, rupanya iman saya mulai goyah, kala itu saya sedang mencari jatidiri, dan ada perasaan malu apabila saya kelak menjadi dalang. Akhirnya saya memutuskan untuk putar halauan, saya masuk ke SMK Mikael Solo, dengan tujuan untuk merubah destiny saya dari seniman menjadi orang teknik. Karena di pikiran saya menjadi orang teknik lebih mentereng daripada menjadi seorang dalang.

Tapi memang rencana Tuhan itu jauh dari rancangan kita. Setelah masuk ke SMK Mikael, bukanya hasrat menjadi dalang hilang, justru semakin seperti dipupuk. Tawaran mendalang pun semakin ramai. Di SMK Mikael inilah saya mulai memainkan wayang purwa semalam suntuk, atau siang hari dengan lakon penuh. Pernah suatu malam saya pentas wayang untuk mengisi acara 17-an di sebuah kampung, padahal esoknya saya harus praktek menggerjagi dan mengikir batang logam. Akhirnya karena tenaga terkuras malam harinya, saat saya praktek di bengkel saya pingsan dan terpaksa dipulangkan. 

Secara kebetulan pula, banyak guru-guru di SMK Mikael serta hampir semua jajaran Romo di kolega ini merupakan penggemar wayang. Dan yang tidak bisa saya lupakan adalah, saya diberi kesempatan untuk mendalang pada saat pelepasan siswa se-angkatan saya kala itu. Niat hati menjauh dari dunia seni, tapi malah semakin jadi..... memang rencanaNya sulit dimengerti.

Lulus dari SMK Mikael, saya bekerja di sebuah pabrik alat berat, belum genap satu bulan, saya tidak krasan. Tidak ada damai sejahtera, hidup rasanya seperti di neraka. padahal pekerjaan yang saya lakukan tidak lebih sulit dari pelajaran saya di sekolah. Akhirnya saya putuskan untuk menghadap pimpinan tertinggi di pabrik dimana saya bekerja, untuk mohon ijin pulang. Saya berkata apa adanya tentang keahlian mendalang yang saya miliki. Pikir saya kata-kata itu akan buat boss saya marah, tapi apa yang terjadi? Boss saya ternyata mendukung saya dan saya pulang dengan hati damai sejahtera. Ajaib!!


Tahun 2006, tahun kelulusan saya, tahun penemuan panggilan saya, juga di tahun itu  pula seluruh keluarga saya menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tahun itu pula kami memutuskan, bahwa akan melayani Tuhan dengan talenta yang kami miliki. Dan, Tuhan dengar doa kami, 1 tahun berikutnya gereja tempat kami bernaung yaitu GUP “Gusti Yesus Tresna Kula” Kartasura mendukung pementasan pertama kami. Malam itu, bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, Sanggar Wayang Sang Pamarta memulai pentas perdananya. Sebuah pagelaran Wayang berdurasi 5 jam dengan lakon “Kamardikan Sejati”

Jadi, kami tidak tahu pasti kapan berdirinya sanggar ini, yang pasti sejak kami dikandung dan diciptakan, sejak itu pula Sanggar ini telah Tuhan rencanakan. Tuhan memberkati....